Di dunia terdapat lebih kurang 20.000 spesies kupu- kupu, dengan Brasil sebagai pemilik keragaman jenis terbanyak. Maklum, Brasil punya hutan hujan tropis Amazon yang memang luar biasa kandungan flora dan faunanya. Namun, Indonesia sebenarnya tidak kalah. Justru karena terdiri lebih dari 17.000 pulau, ada pemisahan habitat kupu- kupu sehingga makin tinggi ragamnya. Dengan sekitar 2.500 jenis kupu-kupu, Indonesia menjadi negara kedua pemilik kupu-kupu terbanyak di dunia, 50 persennya adalah kupu-kupu endemik yang berarti hanya ada di tempat itu.
Kupu-kupu berkaitan erat dengan lingkungan. Tidak hanya karena lingkungan yang rusak membuat populasi kupu- kupu berkurang, tetapi tanpa kupu-kupu, hutan juga berkurang keanekaannya. Pasalnya, kupu-kupu—seperti halnya serangga lain dan kelelawar—membantu penyerbukan tanaman yang menjaga dinamika hutan.
Seekor kupu-kupu dewasa rata-rata berumur satu bulan. Kupu-kupu di alam umurnya lebih pendek karena predator, penyakit, maupun benda bergerak yang lebih besar seperti mobil. Walau begitu, seperti yang dipaparkan North American Butterfly Association, ada juga yang ekstrem seperti kupu-kupu monarch, mourning cloak, dan tropical heliconian yang bisa hidup hingga sembilan bulan. Sebaliknya kupu-kupu terkecil hanya berumur satu minggu.
Kupu-kupu hidup dari nektar bunga meski ada juga jenis yang tidak pernah mengunjungi taman bunga dan lebih suka makan getah tumbuhan, bagian hewan yang membusuk, atau materi organik lainnya.
Namun, kupu-kupu harus dibedakan dengan ngengat. Keduanya memang termasuk keluarga serangga yang disebut Lepidoptera dan memiliki beberapa ciri yang mirip, termasuk sayap yang bercorak. Bedanya, sayap kupu-kupu lebih berwarna-warni dan mencolok dibandingkan dengan sayap ngengat yang buram kecoklatan. Kupu-kupu juga aktif pada siang hari, sementara ngengat pada malam hari.
Perbedaan lainnya adalah antena kupu-kupu yang tajam dengan tonjolanseperti tongkat golf, sementara antena ngengat seperti kawat lampu yang ditempel di kepalanya. (nes/kompas)